GPIB yang bertumbuh dan berkembang
Keputusan Sidang Sinode Am ke tiga GPI (1948) mengenai pembentukan gereja yang keempat di wilayah GPI yang tidak terjangkau oleh GMIM, GPM dan GMIT, diproses dalam jangka waktu yang singkat, yaitu 3 bulan lamanya, dan pada tanggal 31 Oktober 1948 terwujudlah GPIB. Jumlah warga sekitar 10% dari jumlah anggota GPI tahun 1937 (720.000 warga GPI), sekalipun Pdt. B.A.Supit dalam kotbah ibadah peresmian GPIB tanggal 31 Oktober 1948 menyebutkan bahwa warga GPIB berjumlah 200.000 orang Tahun 1970 diperkirakan oleh Persidangan Sinode X, warga GPIB
250.000 orang, tetapi tahun 1990 berdasarkan hasil sensus yang
dilaporkan ke Persidangan Sinode XV, warga Jemaat tercatat 196.921
orang.
sumber SEJARAH GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (GPIB) 1948 -1990 oleh: Pdt. H. Ongirwalu, M.Th.
sumber: www.wikipedia.com
GPIB
Jemaat "Bethesda" Sidoarjo adalah salah satu jemaat GPIB yang
bertumbuh-kembang itu. Berada di pusat kota Sidoarjo, GPIB Bethesda kini
(2017) tumbuh menjadi jemaat terbesar di mupel Jatim dengan jumlah KK berkisar 1.100 KK.
Sejarah
GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo
Segala sesuatu ada awalnya, ada sejarahnya dan ada akhirnya.
Ungkapan ini seolah menempatkan pentingnya sejarah dalam kehidupan manusia,
termasuk kehidupan beriman kita. Bukankah Alkitab juga merupakan catatan
sejarah umat Allah. Bukankah melalui Alkitab kita dapat belajar banyak dari
pengalaman hidup tokoh-tokohnya. Bukankah melalui catatan sejarah Alkitab kita
dapat lebih dikuatkan, dihibur bahkan ditegur. Namun yang lebih penting adalah
melalui catatan Alkitab, kita akan disadarkan bahwa Allah turut bekerja,
memimpin dan mengasihi umatNya. Demikian mengenai catatan sejarah berdirinya
GPIB “Bethesda” Sidoarjo yang ditulis berikut ini.
Kami tidak mencoba mengungkapkan
sejarah secara rinci, namun hanya sebuah catatan sekilas saja. Dengan harapan
melalui tulisan ini kita semua termotivasi untuk melayani lebih sungguh,
seperti yang diteladankan pendiri dan pendahulu kita. Terlebih penting lagi
didalamnya kita menyadari bahwa Tuhan turut bekerja di antara umatNya di kota
Sidoarjo ini.
Benih berdirinya GPIB “Bethesda” Sidoarjo pada
waktu itu tediri dai Kumpulan jemaat Kristen ini anggotanya terdiri dari
tentara Belanda dan juga 4 keluarga sipil yang pada waktu itu menyatukan diri
(Kel. Budiardjo ; Kel. Samuel Pattiasina ; Kel. Tuminah Hutagalung ; Kel.
Pattinama), memang pada waktu itu tentara belanda masih menduduki Indonesia
khususnya Sidoarjo. Tepatnya sejak tanggal 20 Nopember 1948, dengan menggunakan
tempat kebaktian di sebuah ruang kantor Sosial. Pelayan pada waktu itu adalah
Bapak Pattiasina – Kepala kantor Sosial Sidoarjo (Saat ini menjadi Kantor PMI)
– bersama-sama dengan pelayan-pelayan dari Surabaya.
Kebaktian tidak berjalan secara
kontinyu dan hanya dilakukan 2 kali dalam sebulan. Namun demikian jemaat tetap
memiliki kerinduan untuk bersekutu. Sampai akhir tahun 1950 jumlah anggota
bertambah menjadi 20 orang. Pada tahun 1951, karena Bapak Pattiasina
dipindahkan dari tugasnya, maka tempat kebaktian yang semula di kantor sosial
kini pindah juga ke Pengadilan Negeri Sidoarjo, pada saat itu yang menjabat
sebagai Griffier (Panitera) adalah seorang Kristen juga, namanya adalah
Prodjoatmodjo.
Pertumbuhan
Jemaat
Pentingnya
pembinaan jemaat Kriaten yang waktu itu sebagian besar anggota GKDW (Geredja
Kristen Djawi Wetan), sangat dirasakan. Karena itu diadakan hububgan dengan
Majelis Agung GKDW di Malang. Setelah menunggu cukup lama dan tidak ada
jawaban, maka pada tahun 1952 seorang aktivis Kristen waktu itu, Boedihardjo
menghubungi Kementerian Agama Djawa Timoer urusan Kristen yaitu R. Rasid. Dan
dikirimlah Ds. Pogalin dari DPRD dan dari Indische Kerk Surabaya.
Perjalanan
dari tahun 1952 sampai dengan tahun 1963, kami tidak mendapatkan informasi
secara lengkap. (khususnya perkembangan dan pertumbuhan jemaat maupun pergumulan-pergumulan
yang mereka hadapi).
Dari
waktu kewaktu, jemaat bertumbuh cukup cepat. Hingga kumpulan jemaat ini
menyatakan diri sebagai Jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat
(Indische kerk) Sidoarjo. Dibentuklah saat itu susunan Majelis Jemaat pada
tanggal 13 Oktober 1963 dengan susunan Majelis Jemaat periode pertama sebagai
berikut :
Ø Penatua:
• Soerjo Oesodo – Wakil Ketua
• Adiwardojo – Anggota
• Soerjo Oesodo – Wakil Ketua
• Adiwardojo – Anggota
Ø Syamas (sekarang Diaken)
:
• Andi Sinoraya – Sekretaris
• Poerwoadi – Bendahara
• Pontjopireno – Anggota
• Adidjojo – Anggota
• Andi Sinoraya – Sekretaris
• Poerwoadi – Bendahara
• Pontjopireno – Anggota
• Adidjojo – Anggota
Pembangunan
Gereja
Sejak saat itu
pula mulai dipikirkan mengenai pembangunan gedung gereja. Dengan susunan
panitia khusus pembangunan gereja yang terbentuk pada tanggal 28 Pebruari 1964
sebagai berikut :
Ketua : E.S. Soedarmadji
Penulis : Dri Juwono
Bendahara : R. Poerbosoeharto
Anggota : Soedoko, Ramli, Ny. Boedihardjo
Penulis : Dri Juwono
Bendahara : R. Poerbosoeharto
Anggota : Soedoko, Ramli, Ny. Boedihardjo
Sejak
saat itu panitia bekerja keras untuk menggalang dana pembangunan. Sampai pada
tahun 1966, Keluarga Boedihardjo tergerak untuk menyerahkan sebidang tanah
seluas 15 X 25 meter. Kemudian ditambah lagi menjadi seluas ± 930 m². Sementara
itu kebaktian jemaat masih tetap dilaksanakan di Gedung Pengadilan Negeri
Sidoarjo sampai pada tahun 1970. karena ada larangan mengadakan kegiatan agama
di rumah dinas, maka sesuai hasil pembicaraan bersama dengan Majelis Jemaat
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sidoarjo, kebaktian diadakan minggu pagi di
gedung gereja GKI yang pada saat itu baru selesai dalam pembangunan.
Pada
9 Maret 1970, berkat bantuan Letkol (Purn) R. Soediman Padmowaloejo,
pembangunan gedung gereja GPIB mulai terwujud dengan dilakukannya peletakan
batu pertama oleh Wakil Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sidoarjo, Ds. V.M.
Rumodor, Ds. Sidabutar dan Majelis gereja di Surabaya. Gedung gereja
direncanakan dibangun dengan ukuran lebar 8 meter dan panjang 20 meter.
Sementara gedung gereja masih dalam tahap pembangunan, timbul
masalah lagi dengan tempat kebaktian. Karena dengan bertumbuhnya jemaat GKI,
maka jemaat GPIB Sidoarjo tidak lagi bisa menumpang mengadakan kebaktian
jemaat. Tetapi disinilah Tuhan itu mengetahui setiap kebutuhan umatNya, mulai
bulan April 1972 dengan penuh suka cita berkat Tuhan dinyatakan melalui Letkol
(Purn) Soediman Padmowaloejo yang menyediakan rumahnya di jalan R. Wijaya no. 1
Sidoarjo sebagai tempat kebaktian sementara.
Letkol (Purn) Soediman Padmowaloejo juga menyediakan diri untuk dibaptis dan mengaku percaya kepada Tuhan Yesus pada tahun 1988.
Letkol (Purn) Soediman Padmowaloejo juga menyediakan diri untuk dibaptis dan mengaku percaya kepada Tuhan Yesus pada tahun 1988.
Wujud Kasih
Tuhan
Pada tahun 1972 tepatnya
mulai tanggal 24 Agustus 1972 setiap minggu I dan minggu III pukul 07:30 WIB.
GPIB Sidoarjo diperkanankan oleh Radio Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo
untuk mengisi siaran dalam rubrik ruang mimbar agama Kristen di Radio Rama Bima
Sakti KCH 54 dan Radio Kartika Bahari. Dan bukan hanya itu saja, dibidang
pemerintahan Bapak Adiwardojo terpilih sebagai Wakil Ulama Kristen dalam
keanggotaan DPRD-GR Gotong Royong). Sedangkan Bapak Poerwoadi menjadi Wakil
dalam Panitia Pemilihan tingkat daerah Kabupaten, sementara Bapak Soedoko
menjadi Sekretaris. Suatu hal yang patut disyukuri, karena jemaat kita pernah
memiliki kesempatan seperti itu.
Hasil doa dan kerja yang tak
kunjung menyerah mulai dirasakan, setelah sekian lama menunggu dan berusaha
dalam suka dan duka bahkan dengan tetesan air mata; dari menumpang
dirumah-rumah, instansi dan gereja jemaat lain. Tangan Tuhan pun mulai
menjamah, Ia turut bekerja dan menumbuhkan jemaatNya. Tepat pada 10 Juni 197,3
Gedung gereja GPIB Sidoarjo diresmikan pemaikaiannya. Berkaitan dengan itu,
dipakainya nama “Bethesda” sebagai nama jemaat yang sudah mempunyai gedung
gereja. diangkat dari Injil Yohanes 5 : 2, nama ini tidak begitu saja lahir,
melainkan mau menunjukkan bahwa nama ini mempunyai makna perjuangan iman yang
heran bagi jemaat sidoarjo pada waktu itu. Jika seorang lumpuh mampu duduk 30
tahun lamanya di tepi kolam, untuk mendapatkan penyembuhan dengan menanti
goncangan air di atas kolam, sama halnya dengan perjuangan dan pergumulan, suka
dan duka, kepahitan dan derita yang dialami jemaat Sidoarjo dalam masa pertumbuhan
serta kesaksiannya. Segala doa, pergumulan dan perjuangan umat Tuhan tersebut
kemudian terjawab dengan segala anugerah dan kasihNya. Setelah 25 tahun, Tuhan
mendengar dan menjawabNya. Itulah sebabnya nama “Bethesda” diberikan, dan kini
menjadi lambang dalam kesaksianNya – termeterai pada gedung gereja dan nama
jemaat yang otonom dari kawasan GPIB lainnya.
Kemudiaan seiring dengan waktu
yang berjalan, pertumbuhan jemaat semakin bertambah sehingga perlu dipikirkan
untuk upaya renovasi pelebaran gedung gereja. Pada tahun 1996, Pdt. Elly de
Bell selaku Pendeta Majelis Jemaat ke enam, meletakkan batu pertama tanda
dimulainya renovasi gedung gereja. Kasih Tuhan begitu nyata, dalam proses
renovasi ini juga kembali Keluarga Boediardjo tergerak hatinya untuk menyerahkan
sebidang tanah disamping timur gedung gereja seluas ± 2 X 125 meter, sebagai
tambahan untuk renovasi ini. Proses renovasi berjalan secara bertahap dengan
proses kehidupan dan pergumulan yang mengiringi didalamnya, hingga pada tahun
2000 proses renovasi gedung gereja sudah dapat diselesaikan meskipun belum
keseluruhan. Yang kemudian juga berlanjut pada tahun 2005 dengan diresmikan
Gedung serbaguna GPIB “Bethesda” Sidoarjo.
Satu kerinduan untuk bersatu dan
bertumbuh dalam satu keluarga besar terwujud sudah. Tinggal kita sekarang
penerus pelayanan gereja, maukah kita bekerja keras dan melayaniNya dengan
ketulusan dan penuh damai sejahtera ? Tuhan sendiri yang menopang dan
menguatkan, karena telah nyata sudah kasih Allah pada kita.
Ruang Serbaguna Baru Lt. 1 |
Saat ini gedung gereja yang
sudah mengalami beberapa proses renovasi didalamnya, rasanya sudah terlalu
sesak untuk menampung dan melaksanakan berbagai kegiatan bagi jemaat yang
jumlahnya terbilang besar ± 950 KK. 2 rumah pastori,
ruang doa, ruang Pendeta, ruang kesehatan, 3 toilet, pos jaga
dan kantor gereja. Sejak tahun 2016 selesailah pembangunan Ruang serbaguna baru dengan 2 lantai. Lantai 1 untuk kantor Admin, 2 ruang pendeta, ruang konsistori, ruang bendahara dan ruang serbaguna. Lantai 2 terdiri dari 7 ruang kelas pelkat dan 2 ruang inap tamu.
Tuaian Yang
Menguning
Awal mula berdirinya
gereja pada waktu persekutuan Kristen bernama “Indische Kerk Bubutan Surabaya”,
tercatat anggotanya tidak lebih dari 15 orang. Berkat pelayanan yang tak kenal
lelah dari tahun ke tahun jumlah anggota makin bertumbuh. Tuhan yang empunya
tuaian menambah jumlah anggota, tercatat :
Tahun 1952 – 1953 : Beranggota 27 orang
jemaat.
Tahun 1953 – 1954 : Berjumlah 35 orang jemaat.
Tahun 1955 – 1960 : Jumlahnya jadi 52 orang jemaat.
Tahun 1964 – 1970 : Bertambah anggota menjadi 200 orang jemaat.
Pada tahun 1989 : Menjadi 300 KK.
Tahun 1993 : Bertambah menjadi 400 KK.
Tahun 1996 : Bertambah lagi jadi 500 KK.
Tahun 2000 – 2003 : Sudah mencapai ± 650 KK.
Tahun 2003 – 2006 : Sudah mencapai ± 850 KK.
Tahun 1953 – 1954 : Berjumlah 35 orang jemaat.
Tahun 1955 – 1960 : Jumlahnya jadi 52 orang jemaat.
Tahun 1964 – 1970 : Bertambah anggota menjadi 200 orang jemaat.
Pada tahun 1989 : Menjadi 300 KK.
Tahun 1993 : Bertambah menjadi 400 KK.
Tahun 1996 : Bertambah lagi jadi 500 KK.
Tahun 2000 – 2003 : Sudah mencapai ± 650 KK.
Tahun 2003 – 2006 : Sudah mencapai ± 850 KK.
Tahun 2007 – 2012 : ± 950 KK.
Tahun 2012 – 2017 : ± 1.100 KK.
Suatu pertumbuhan yang
cukup cepat memang, tetapi tuaian yang bertambah itu tidak begitu
diimbangi dengan jumlah pekerja. Sehingga dari tahun ke tahun terasa masih
kurang saja pekerjanya. Namun meskipun demikian kita juga patut bersyukur,
karena memiliki pekerja-pekerja yang masih sungguh-sungguh cinta Tuhan. Untuk
peningkatan pelayanan dan pembinaan anggota yang bertumbuh itu, maka sejak 13
Oktober 1963 dipilihlah para Majelis untuk pertama kalinya. Dan pada tahun 1973
mulai dibagi daerah pelayanan dalam Sektor Pelayanan. Daerah pelayanannya
meliputi, kec. Waru, Gedangan masuk dalam sektor pelayanan Syalom, kec. Buduran
masuk dalam sektor pelayanan Nafiri, kec. Sidoarjo Kota dibagi menjadi dua;
disebelah barat alun-alun masuk sektor pelayanan Hosiana sedangkan yang
disebelah timur masuk dalam sektor pelayanan Gloria. Untuk kec. Candi dan tanggulangin
masuk sektor pelayanan Haleluya sedangkan untuk daerah Tulangan, Suko, Lebo dan
Soekodono masuk dalam sektor pelayanan Imanuel. Yang kemudian pada tahun 2005,
karena perkembangan jemaat yang pesat, wilayah pelayanan kembali dibagi
menjadi 11 wilayah pelayanan ( Syalom, Nafiri barat, Nafiri timur,
Gloria, Hosiana, Haleluya 1, Haleluya 2, Immanuel 1, Immanuel 2, Maranatha 1,
Maranatha 2 ).
Kini ditahun 2017, sektor pelayanan menjadi 14, yaitu : Syallom, Nafiri, Nazaret, Gloria, Galilea, Hosiana, Sion, Imanuel, Eden, Haleluya, Maranatha, Efrata, Makedonia dan Yerusalem.
Pelayan-Pelayan
Gereja
Mula-mula kebaktian
dilayani Bapak Pattiasina dibantu oleh Bapak Boedihardjo bersama-sama dengan
kawan-kawan waktu itu. Kemudian dari Kementerian Agama Djawa Timoer, Ds.
Soeprojo diutus untuk melayani di jemaat Sidoarjo disamping Ds. Pogalin dari
CPRAD dan dibantu pelayan-pelayan dari Indische Kerk Bubutan Surabaya.
Sejak tahun 1972 – 1974,
Vicaris Petrus Arioso melanjutkan pelayanan di jemaat Sidoarjo. Kemudian
diganti oleh Pdt. Nn. A. Titaley, yang tercatat sebagai pendeta pertama yang
melayani di GPIB “Bethesda” Sidoarjo dari tahun 1974 – 1975. selanjutnya
pelayanan dilanjutkan oleh Pdt. Nn. N. Parenussa sampai tahun 1979, pendeta
yang konon senang mengadakan kunjungan ini kemudian diganti oleh Pdt. A.Z.
Pattilekasapia. Pendeta yang memiliki rasa humor tinggi dan gemar bersepeda ini
juga akrab dipanggil dengan nama Pak Bram. Dan pada tahun 1983 pelayanannya
digantikan oleh Pdt. M.F. Manuhutu, adik kandung Pdt. Ade Manuhutu.
Ditahun-tahun pelayanannya ini mulai direalisasikan perluasan gereja karena
semakin bertambahnya jumlah anggota akibat munculnya perumahan-perumahan
dikawasan Sidoarjo. Tahun 1987, pelayanan diteruskan oleh Pdt. Fritz Jacob
Latumaerissa. Beserta dengan seluruh keluarga besarnya yang penuh kasih hingga
orang-orang menganggap sebagai ‘Bapak dan Ibunya Jemaat’, tidak heran bila
Pendeta ini dipertahankan pelayanannya hingga masa Purna Tugas Pada tahun 1995,
kemudian diteruskan oleh Pdt. Nn. Elly de Bell, yang terkenal dengan
ketegasannya dan selalu membuka pintu Pastorinya untuk jemaat. Pada masa
pelayanannya ini, GPIB “Bethesda” Sidoarjo mengadakan renovasi gedung gereja karena
melihat pertumbuhan jemaat yang pesat dan lebih dari pada itu untuk menunjang
pelayanan maka pada pertengahan tahun 1998 diutuslah Pdt. Pieter Uktolseja oleh
Sinode GPIB sebagai Pendeta Jemaat di GPIB “Bethesda”Sidoarjo. Kemudian pada
akhir 1998, Pdt. Elly de Bell digantikan oleh Pdt. M.A.Y. Iroth sebagai Pendeta
Majelis Jemaat. Kemudian di awal tahun 2002, Pdt. Pieter Uktolseja dipindah
tugaskan, yang kemudian digantikan oleh Pdt. Evi Pattiasina selaku Pendeta
Jemaat ke-2, tidak seberapa lama kemudian Pdt. M.A.Y. Iroth juga digantikan
oleh Pdt. J.E. Tomana selaku Pendeta Majelis Jemaat yang ke-6 bagi Jemaat GPIB
Bethesda Sidoarjo. Pada pertengahan tahun 2004 Pdt. Evi Pattiasina kemudian
dipindah tugaskan, dan untuk menggantikannya maka diutuslah Pdt. Fransisca
Toding Datu selaku pendeta Jemaat ke-3 yang melayani sampai saat ini. Pada awal
tahun 2005 setelah Pdt. J.E. Tomana purna tugas, Majelis Sinode
mengutus Pdt. S.Th. Kaihatu selalu Pendeta Majelis Jemaat, selama
masa baktinya di Jemaat ini Bpk. Kaihatu banyak membawa perubahan
yang positif dalam kehidupan jemaat “Bethesda” khususnya. Namun pada akhir
tahun terpilihnya Bpk. Kaihatu sebagai Ketua Sinode, membuatnya harus
mengakhiri masa tugas di jemaat ini, yang kemudian pada awal tahun 2006 diutuslah
Pdt. Sian Lumentut selaku pendeta Majelis Jemaat ke-VIII yang melayani kita
sampai saat ini. Pdt. Sian Lumentut didampingi Pdt. J. Unsulangi hingga tahun 2009.
Kemudian diutuslah Pdt. Timotius Susilo dengan Pdt. Darius Leiwakabessy dari
tahun 2009 hingga tahun 2012. Pdt. Paulus Kariso Rumambi menggantikannya untuk
periode selanjutnya (2012-2014). Masa yang singkat untuk melayani di Sidoarjo,
rupanya mempersiapkan Pdt. Kariso Rumambi terpilih sebagai Ketua Umum Majelis
Sinode GPIB di Jakarta. Dan posisinya digantikan oleh Pdt. Watudambo Taufic
Cornelis Melatunan sejak 2014 – 2016 bersama Pdt. Richard Tumundo. Tahun 2016
hingga sekarang GPIB Bethesda dipimpin oleh Pdt. Lucya Toisuta Pelima.
Seiring dengan pertambahan
anggota jemaat, maka pelayanan di gereja saja dirasa tidak cukup. Karena itu
sejak Mei 1984 dibukalah Pos pelayanan di Kapel Asrama Yon Arhanudse – 8
Gedangan. Jemaat disini sebagian besar anggota TNI-AD dari Batalyon Arhanudse –
8 dan disekitarnya, waktu itu pelayanan dimotori oleh Diaken Leo J.P. Siegers.
Dan lima tahun kemudian dibuka lagi pos pelayanan di Perumahan Sidoarjo Permai,
di desa Lebo. Yang meskipun mengalami pergumulan – pasang surut sampai saat ini
juga masih tetap eksis melayani jemaat disekitarnya.
Pelayanan
GPIB Bethesda
Jika kita berbicara tentang pertumbuhan gereja maka hal ini
tidak akan lepas dari kegiatan dan metode pelayanan didalamnya. Di GPIB
“Bethesda” Sidoarjo terbagi menjadi; Pelayanan Majelis Jemaat, Bidang Pelayanan
Kategorial (BPK) beserta dengan Komisi-Komisi pelayanan, Tim Kerja Majelis
Jemaat dan Panitia.
Bidang Pelayanan Kategorial (BPK) sendiri dibagi menjadi 5;
1. BPK
Pelayanan Anak (PA) yang masih terbagi menjadi PA Kelas Prasekolah, PA Kelas
Kecil dan Tanggung.
2. BPK
Persekutuan Teruna (PT)
3. BPK
Gerakan Pemuda (GP)
4. BPK
Persatuan Wanita (PW)
5. BPK
Persekutuan Kaum Bapak (PKB)
Tahun 2014 istilah BPK (Bidang Pelayanan Kategorial) diganti
menjadi Pelkat (Pelayanan Kategorial) dengan perubahan pada BPK Persatuan
Wanita yang berganti menjadi Pelkat Persekutuan Kaum Perempuan (PKP) dan
tambahan Pelkat baru yaitu Pelkat Persekutuan Kaum Lanjut Usia (PKLU). Sementara itu, Pelkat PA bertambah dengan dibentuknya kelas Batita (Bawah Tiga Tahun).
Sedangkan Komisi gereja terdiri dari;
1. Komisi
Iman, Ajaran, Ibadah
2. Komisi
Musik dan Nyanyian Gerejawi
3. Komisi
Urusan Rumah Tangga untuk Peribadahan
4. Komisi
Pelayanan dan Kesaksian
5. Komisi
Diakonia
6. Komisi
Kedukaan
7. Komisi
Kesehatan
8. Komisi
Pembinaan dan Pengembangang Sumber Daya Insani, Pembinaan dan Pendidikan (PPSDI-Bindik)
9. Komisi
Penelitian, Perencanaan dan Pengembangan (litbang)
10. Komisi
Dana dan Daya
11. Komisi
Pembangunan dan Pemeliharaan
Sedangkan yang ada dalam Tim Kerja,
1. Tim
Doa dan Perkunjungan
2. Tim
Partisipasi Pelkes
3. Tim
Kerja Inventaris
Dengan sistem pelayanan diatas, semua
tingkatan umur dapat dilayani didalamnya. Dengan metode pelayanan mulai dari
sekolah Minggu, Katekisasi, Penelaahan Alkitab, Kebaktian Keluarga hingga
Kelompok kecil dan perkunjungan pribadi. Melihat perkembangan diatas memang
cukup mengesankan, namun demikian pelayanan didalamnya masih dirasakan kurang.
Masih banyak yang harus terus dibenahi dan ditingkatkan, dari waktu kewaktu
khusunya yang berhubungan dengan sumber daya insani.
Seperti kita ketahui, GPIB “Bethesda” Sidoarjo merupakan salah satu gereja tertua dan mempunyai jemaat yang cukup besar di Kota Sidoarjo ini. Anggotanya berasal dari berbagai latar belakang suku yang ada di Indonesia, latar belakang profesi dan pendidikan. Kesemuanya itu merupakan aset pelayanan gereja yang berharga. Karena itu tugas dan tanggung jawab kita sebagai anggota jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo ini adalah untuk lebih meningkatkan diri dan lebih aktif lagi melibatkan diri dalam pelayanan gereja. Bukan untuk menjadi yang terbesar di mata manusia. Bukan untuk menjadi ‘berhasil’ dan ‘berjasa’ dalam pandangan jemaatnya. Tetapi marilah kita bersama-sama membangun gereja kita untuk kemuliaan Tuhan, yang sudah banyak campur tangan dalam perjalanan sejarah pelayanan gereja milikNya ini.
Seperti kita juga diingatkan sebuah petuah dari John F. Kennedy
yang sedikit diubah; “Jangan bertanya, apa yang sudah gereja berikan untuk
saya. Tetapi bertanyalah pada dirimu sendiri, apa yang sudah saya berikan untuk
pelayanan gereja – untuk Tuhan.”
Disarikan oleh : Chrismanto
dari wawancara dengan para sesepuh dan berbagai arsip (ditulis pertama pada
1995)
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat jemaat Bethesda Sidoarjo memiliki beberapa kategori pelayanan yang biasanya disingkat PelKat (Pelayanan Kategorial), yaitu :
1. PelKat PA atau Pelayanan Kategorial Pelayanan Anak
2. PelKat PT atau Pelayanan Kategorial Persekutuan Teruna
3. PelKat GP atau Pelayanan Kategorial Gerakan Pemuda
4. PelKat PKB atau Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Bapak
5. PelKat PKP atau Pelayanan Kategorial Persekutuan Kaum Perempuan
6. Pelkat PKLU atau Pelayanan Kategorial Kaum Lanjut Usia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar